![]() |
| Dr. Jonner Simarmata, MM Dosen Universitas Batanghari - Jambi. |
Jejak dari Catatan Portugis
Di sekitar Danau Toba, Sumatra Utara, hidup beragam legenda dan sejarah yang diwariskan turun-temurun. Salah satu yang paling sering diperdebatkan adalah soal keberadaan Kerajaan Batak.
Sumber awal tentang kerajaan ini berasal dari seorang penjelajah Portugis, Fernão Mendes Pinto. Dalam bukunya Peregrinação yang terbit pada 1614, ia menulis tentang sebuah kerajaan Batak dengan ibu kota Panaju. Pinto bahkan menyebut kerajaan itu pernah bersekutu dengan Portugis untuk menghadapi Kesultanan Aceh.
Baca: Jambi24jam.com&Sumatera24jam.com
Sekilas, catatan ini menggambarkan adanya kerajaan besar di Tanah Batak, lengkap dengan raja, ibu kota, dan pasukan. Namun, benarkah demikian?
Mengapa Diragukan?
Banyak sejarawan justru meragukan klaim Pinto. Ada tiga alasan utama. Pertama, Mendes Pinto dikenal sering mencampurkan fakta dengan fiksi. Bukunya lebih banyak dianggap sebagai kisah petualangan daripada dokumen sejarah yang akurat.
Kedua, struktur masyarakat Batak sejak lama bersifat desentralistik. Kekuasaan tidak terpusat pada satu raja, melainkan tersebar pada kelompok marga dan para datu atau pemimpin lokal. Ketiga, hingga kini belum ditemukan bukti arkeologis monumental seperti istana atau candi yang menandakan adanya kerajaan terpusat di Tanah Batak. Peninggalan yang ada lebih berupa situs megalitik, rumah adat, dan tradisi budaya.
Antara Fakta dan Salah Tafsir
Lalu, bagaimana menjelaskan catatan Mendes Pinto? Ada kemungkinan ia salah paham terhadap struktur sosial Batak. Aliansi atau federasi beberapa kelompok bisa saja dianggapnya sebagai sebuah kerajaan. Kemungkinan lain, “Kerajaan Batak” merujuk pada entitas politik kecil di pesisir yang kemudian lenyap akibat ekspansi Kesultanan Aceh pada abad ke-16.
Misteri yang Tetap Hidup
Apapun jawabannya, budaya Batak tetap bertahan. Tradisi lisan turiturian, silsilah tarombo, dan warisan adat istiadat masih hidup hingga kini.
Pertanyaan apakah Kerajaan Batak benar-benar ada mungkin tidak pernah menemukan jawaban pasti. Namun, kisah ini menjadi bagian penting dari sejarah Batak, yang berdiri di antara fakta dan legenda. (Dr Jonner Simarmata, MM Dosen Universitas Batanghari - Jambi).



0 Komentar