Samosir, MH-Pemerintah berencana mengalokasikan anggaran Rp 2,4 triliun pada tahun depan untuk mengubah kawasan wisata Danau Toba menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) bertaraf internasional.
Anggaran ini meningkat bila dibandingkan dengan alokasi anggaran pada tahun ini yang hanya sekitar Rp 821,3 miliar.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menjelaskan, alokasi dana tersebut akan disebar untuk empat bidang yakni Sumber Daya Air (Rp 111,26 miliar), Bina Marga (Rp 1,01 triliun), Cipta Karya (Rp 879,86 miliar) dan Perumahan (Rp 422,11 miliar).
Adapun lokasi revitalisasi dan pembangunan infrastruktur akan tersebar di sembilan wilayah kabupaten/kota yang mengelilingi kawasan Danau Toba.
Termasuk Kabupaten Samosir, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Humbang Hasundutan, Kabupaten Dairi, Kabupaten Deli Serdang, Kota Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar, dan Kabupaten Karo.
"Jadi yang kita lihat hari ini adalah untuk memperhalus program.
Kita sudah punya program apa saja yang akan kita perbuat di Danau Toba ini untuk 2019-2020," kata Basuki usai meninjau sejumlah kawasan wisata di Danau Toba, Minggu (28/7/2019) malam.
Menurut dia, perubahan yang akan dilakukan Kementerian PUPR meliputi pembangunan sarana dan prasarana dasar serta penataan kawasan di sejumlah lokasi yang telah ditentukan.
Misalnya, pelebaran alur Tano Ponggol di Kabupaten Samosir, pembangunan Jalan Balige By Pass dan rehabilitasi jalan batas Kabupaten Simalungun-Silimbat-Kabupaten Tapanuli Utara di Kabupaten Toba Samosir, hingga penataan ruang terbuka publik.
"Ini yang kita punya program ambil dari teman-teman sektor yang sudah kita survei. Ini belum termasuk kawasan Kaldera, ini juga belum termasuk yang kawasan Sibisa-Ajibatas belum masuk, itu akan kita masukkan untuk konektivitas. Itu akan kita survei dulu," tutur Basuki.
"Perubahannya, misalnya, di (Dermaga) Ajibata tadi, kan ada gerbang, jalannya masih kecil. Nanti ASDP sampai Desember ini akan punya hotel di dermaga, kayak di Labuan Bajo. Nanti dari Pemda yang kita kunjungi akan dipindah ke situ, itu akan diubah jadi ruang terbuka untuk publik. Kita perbaiki," imbuh Basuki.
Untuk diketahui, dalam dua tahun ke depan ada lima kawasan wisata super prioritas yang akan dikembangkan pemerintah.
Selain Danau Toba, empat wilayah lain yaitu Borobudur, Lombok, Labuan Bajo, dan Manado-Bitung-Likupang. Total anggaran pengembangan kelima kawasan tersebut pada 2020 mencapai Rp 7,15 triliun.
Anggaran ini jauh lebih besar dibandingkan tahun ini yang hanya sekitar Rp 1,74 triliun.
Bus Air di Danau Toba
Kementerian Perhubungan tengah membangun sarana transportasi bus air di Danau Toba, Sumatera Utara. Pembangunan alat transportasi itu dilakukan guna mendukung Danau Toba menjadi destinasi wisata 10 Bali Baru.
"Kita akan bangun dua bus air untuk mendukung pariwisata di sini," ujar Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dalam keterangan tertulisnya, Senin (29/7/2019).
Kemenhub melalui Ditjen Perhubungan Darat tengah membangun lima kapal besar untuk dioperasikan melayani angkutan penyeberangan di kawasan Danau Toba.
Dari lima kapal tersebut, dua di antaranya adalah bus air, yang akan digunakan menjadi kapal wisata. Bus air ini merupakan wujud dukungan Kementerian Perhubungan untuk mendukung sektor pariwisata di Danau Toba.
Sementara itu, Dirjen Perhubungan Darat Budi Setiyadi, menjelaskan bus air yang sedang dibangun dapat menampung 50 orang penumpang, tiga unit mobil dan 36 motor. Rencananya, pembangunan bus air tersebut bisa rampung di taun 2020.
"Kita persiapkan Bus Air ini jadi multi fungsi. Selain untuk mengangkut penumpang, masyarakat atau wisatawan nantinya bisa sambil makan malam di kapal ini," kata Budi Setiyadi.
Untuk membangun dua bus air ini, Kemenhub menggelontorkan dana sebesar Rp 22 miliar. Dana tersebut menggunakan APBN. "Bus Air ini ide dari Pak Menhub untuk mendukung pariwisata Danau Toba," ujarnya.
Yori Antar Tata Danau Toba
Arsitek kawakan, Yori Antar, kembali didapuk pemerintah untuk menyulap sebuah kawasan. Kali ini tidak main-main, Danau Toba yang akan diubah menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) bertaraf internasional.
"Oiya, jadi kalau Danau Toba, Labuan Bajo, itu Yori Antar arsiteknya," kata Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menjawab Kompas.com, Minggu (28/7/2019) malam.
Menurut dia, pemerintah tidak bisa hanya mengandalkan konsultan engineering dalam mengembangkan Danau Toba menjadi sebuah kawasan pariwisata. Dikhawatirkan hasil pengembangan yang dilakukan akan terlihat kaku.
Dipilihnya Yori Antar pun lantaran yang bersangkutan selama ini dikenal sebagai arsitek yang kerap memasukkan unsur budaya di dalam setiap karyanya. "Kayak GBK itu didesain arsitek, tapi diperhalus Pak Yori Antar," ucapnya.
Untuk diketahui, Yori Antar telah sukses mengubah wajah taman GBK Senayan menjad fasilitas ramah kalangan berstandar internasional.
Berkat kegigihan dan tangan dinginnya, taman GBK Senayan mampu membius mata pengunjung yang pada saat itu datang untuk menyaksikan pertandingan Asian Games 2018.
Yori Antar mengatakan pengembangan Danau Toba tidak boleh meniru kawasan wisata di negara lain yang penuh dengan aspek modernitas. Meski demikian, bukan berarti pengembangan ini akan meniadakan aspek tersebut.
"Jangan sampai Toba ini berubah modern seperti Batam, (seperti) Singapura. Enggak ada karakteristiknya," ungkap Yori menjawab Kompas.com, Minggu (28/7/2019) malam.
"Para arsitek ini akan mengembangkan bagaimana kawasan wisata ini ke depan bisa futuristik, bisa modern, tetapi berangkat dari kelokalan. Jadi pembangunannya kita harus hati-hati," imbuh dia.
Selama ini, ia menuturkan, Danau Toba dikenal memiliki sejarah sebagai kawasan kaldera yang terbentuk dari letusan gunung pada jaman purba.
Peristiwa tersebut tak hanya membentuk karakter alam yang khas, tetapi juga masyarakat dan budayanya.
"Masyarakat senang dengan karakter bangunan yang monumental. Makam saja sudah besar-besar. Terus kalau lihat karakter (ukiran rumah) Batak yang gorga itu, tiga warna merah, putih dan hitam," terang Yori.
Mengembangkan Danau Toba, sebut dia, bukan tanpa tantangan. Seperti di kawasan Parapat, Kabupaten Simalungun.
Meski memiliki latar belakang pemandangan alam yang indah, namun kawasan pemukiman serta bangunan yang ada di wilayah ini cenderung semrawut.
"Kotanya begitu sesak, sempit, terpotong-potong. Kita tidak merasa ada ruang yang besar. Tantangannya tentunya bagaimana bisa mengenerator turis, bagaimana bisa membuat budayanya maju dan bisa dibawa ke masa depan," sambung Yori.
Salah satu upaya yang akan dilakukan yaitu dengan menambah ruang terbuka yang cukup luas, sehingga dapat dimanfaatkan wisatawan dan masyarakat untuk berinteraksi sembari menikmati indahnya pemandangan alam.
"Kita melihatnya harus open space. Karena di sini ada empat dermaga besar, itu akan menjadi ruang publik," tuntasnya.(*)
Sumber: Kompas.com
Asenk Lee Saragih saat menelusuri jalan Lingkar Danau Toba di Kabupaten Simalungun, tepatnya lintas Batas Desa Sibolangit Kabupaten Karo hingga Dusun Hutaimbaru, Kabupaten Simalungun. Hingga kini jalan lingkar Danau Toba di Kabupaten Simalungun masih memprihatinkan. Hingga akhir Juli 2019, Presiden RI Jokowi tak melirik sedikitpun kondisi jalan lingkar Danau Toba di Kabupaten Simalungun yang kondisinya rusak berat. Foto diabadikan Sabtu 22 Juni 2019
0 Komentar