Suasana Forum Diskusi Terbatas di Aula Balai Arkeologi Sumatra Utara, Jalan Seroja Raya, Medan. (jones gultom) |
Medan, MH - Gagasan untuk
menarik sisi kepahlawanan Sisingamangaraja XII kembali ke aspek kulturalnya
menjadi salah satu bahasan dalam diskusi yang digelar Forum Diskusi Terbatas
(Forditas), di Aula Balai Arkeologi Sumatra Utara (Balar) Sumut, Jalan Seroja
Raya, Jumat sore (16/8/2019).
Salah seorang
peserta diskusi, Miduk Hutabarat, merespon gagasan yang dilontarkan pemantik
diskusi Thompson Hs itu.
Menurut Miduk,
aspek itu memang harus digali lebih dalam sehingga ketokohan Sisingamangaaja
XII dapat dijabarkan secara utuh.
Namun Miduk
mengkritik, penggalian aspek kultural itu bukan dalam kapasitasnya sebagai
Sisingamangaraja XII, namun sebagai Patuan Bosar yang bergelar Ompu Pulo Batu,
sebagai tokoh yang dipandang sebagai sentral dan tempat bertanya seputar adat.
"Jangan
sampai justru terkecilkan, tapi digali aspek lainnya. Sebagai yang bergelar
Ompu Pulo Batu, mungkin boleh disebut pahlawan adat, karena dia tempat bertanya
jalannya adat, tapi sebagai pahlawan kemerdekaan lebih besar gaungnya bila
dengan trah Sisingamangaraja XII," ungkap Miduk.
Sebelumnya,
Thompson mengatakan, Sisingamangaraja XII (Ompu Pulo Batu) menerima legitimasi
kultural dari Bius Si Onom Ompu di Bakkara sebagai tokoh adat.
Ia dikukuhkan
karena dinilai memiliki sejumlah keistimewaan yang tidak dimiliki manusia
biasa.
Selain fasih dalam adat, ia juga disebut-sebut mampu memanggil hujan,
menyembuhkan orang sakit serta meramal. Ini kan aspek kultural ketokohan
beliau, ujarnya.
Hal berbeda
disampaikan peserta diskusi lainnya M Tansiswo Siagian. Pendiri Grup Palambok
Pusu-pusu ini mengungkapkan kesan yang ia rasakan sebagai masyarakat dan orang
Batak terkait klaim Sisingamangaraja XII.
"Saya merasa
sosok Sisingamangaraja XII belum lepas sebagai milik bangsa. Seperti masih ada
ketidakrelaan keluarga bila ada yang menggunakan nama Sisingamangaraja XII.
Atau mungkin karena banyak juga yang 'menjual-jual' Sisingamangaraja XII.
Bagaimana kita mengatasi ini?" tanyanya.
Sementara itu,
Juhendri Chaniago peserta lainnya menimpali, banyak hal yang belum tuntas
tentang Sisingamangaraja XII. Termasuk tentang generasi di bawahnya.
"Ini beban
sejarah, bukan hanya bagi orang Batak, tapi masyarakat Sumatra Utara dan
Indonesia," akunya. (Medanbisnisdaily.com).
0 Komentar