Ustadz Martono bersama Noerwahid Tokoh Marhaenis di Era 60 - an. |
Beliau sebagai tokoh pergerakan GMNI di almamater kampus beliau dan sebagai mahasiswa fisika di ITB Bandung di era tahun 60 an. Disela sela perbincangan yang akrab dan santai di kediaman beliau yang sangat sederhana di kawasan Payabakung Sunggal.
Keakraban terjalin seperti ayah dengan anak dan guru dengan murid, beliau banyak berbicara tentang Pancasila dan Nasionalisme. Di usia yang telah memasuki senja, Noerwahid menghabiskan sisa hidupnya untuk menulis dan sebagai narasumber di seminar seminar tentang idiologi, pandangan hidup, falsafah pancasila.
Ditengah - tengah perbincangan dengan ustadz Martono, Noerwahid bercerita pengalaman hidupnya yang dramatis dan tidak akan terlupakan sepanjang hidupnya.
Saat beliau akan dibunuh oleh pemuda rakyat, underground PKI, karena beliau dianggap sebagai musuh dan mata - mata dikalangan pemuda rakyat, tetapi alhamdulilah pembunuhan tersebut tidak sempat terjadi pada dirinya berkat pertolongan sahabat beliau dan mengungsikan beliau di daerah yang aman.
Namun setelah tahun 1965 justru Noerwahid dicekal oleh pemerintah saat itu, pencekalan yang tidak jelas apa sebabnya sehingga Noerwahid tidak diperbolehkan meneruskan pendidikan di ITB sehingga program sarjana fisikanya tidak tuntas alias tidak selesai dan kehidupannya saat ini hanya bergantung kepada anak anaknya.
Mendengar pengalaman hidup sesepuh pergerakan di era tahun 60 an tersebut, ustadz Martono merasa sangat sedih dan berharap agar pengalaman kelam yang dialami oleh Noerwahid tidak terulang kembali pada generasi generasi berikutnya dan jangan hanya pergolakan politik mengorbankan putra - putra terbaik sesama anak bangsa.
Padahal disiplin ilmu fisika yang digali oleh Noerwahid di almamaternya sangat berguna untuk membangun negeri ini. (MH - Gidion Manik).
0 Komentar