Kiri: Eman ketika menerima Tali Asih dan Modal Usaha dari Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto. |
Menjadi pemulung bukanlah cita - cita Eman di usianya yang sudah berkepala tiga. Sejak ditinggal orang tuanya di Kampung Bojongloa, Desa Bojonglopang, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat Eman memberanikan diri untuk mengadu nasib di Kota Sukabumi.
Pemulung Eman bersama polisi. |
"Sudah empat tahun disini, sendiri," lirih Eman dengan mata nanar tanpa harapan.
Eman melanjutkan, sebelum dirinya jadi pemulung, dia pernah membuka sebuah warung kopi kecil - kecilan di kampung halamannya bersama adik perempuannya yang kini sudah menikah dan tinggal di rumah warisan oleh orang tua mereka.
Eman, yang ingin mengembangkan usahanya justru ditipu oleh sahabatnya sendiri di kampungnya hingga akhirnya dirinya memilih untuk mencari pengharapan di Kota Sukabumi.
Eman setelah rambutnya dipotong dan pakaiannya diganti. |
Tak memiliki kemampuan dan relasi, Eman memutuskan untuk memulung rongsokan yang ditemukannya di tempat sampah untuk dijual, dari tempat pembuangan sampah yang satu ke tempat pembuangan sampah yang lain tanpa menghiraukan teriknya sinar matahari dan terkadang turunnya hujan Eman tetap semangat dan semangat demi memenuhi kebutuhannya sehari - hari.
Karung plastik menemaninya setiap hari dijinjingnya untuk tempat barang - barang rongsokan yang dikumpulkannya, Dalam satu hari, Eman bisa mengumpulkan uang sebesar Rp10 ribu dan hanya cukup untuk makan.
"Ya cuma Rp10 ribu dapat perhari paling buat makan dan ngopi, kalau sakit paling minum obat di warung saja,” jawab Eman menuturkan.
Eman Menangis di Pelukan Jendral
PT Eldivo Tunas Arta (ETA) Rute Jambi - Pematang Siantar dan Pematang Siantar - Jambi Antar Kota Antar Provinsi (AKAP). |
Mendengar kondisi miris Eman, para siswa inspektur polisi Sekolah Pembentukan Perwira (Setukpa) dan Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Polri Sukabumi berinisiatif untuk memberikan kejutan modal usaha bagi Eman.
Kepala Setukpa Lemdiklat Polri Sukabumi, Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto yang datang langsung bersama siswanya untuk memberikan bantuan langsung disambut oleh pingsannya Eman sesaat akan dibawa ke rumah sakit Setukpa Polri.
“Ya tadi dia (Eman) pingsan, sepertinya kurang makan, karena dari hasil pemeriksaan tim medis tensi darahnya normal,” ungkap Mardiaz.
Eman langsung diberikan asupan air dan makanan roti untuk memulihkan kembali tenaganya. Setelah pulih, lanjut Mardiaz, beberapa siswa polisi mengganti baju yang digunakan Eman dengan baju yang lebih bersih dan dipotong rambutnya agar rapih.
Saat diberikan bantuan secara langsung, Eman tak mampu menahan harunya. Sambil mencium tangan Brigjen Pol Mardiaz Kusin Dwihananto, Eman tersedu - sedu dan kembali pingsan di pelukan Mardiaz.
"Kita bantu uang untuk modal usaha dan kita fasilitasi dia untuk pulang ke kampung halaman dan cari tempat untuk dia mewujudkan kembali cita - citanya membuka warung kopi di kampung halamannya,” ujar Mardiaz.
Bantuan ini merupakan patungan dari para siswa angkatan 52 tahun 2023 berjumlah 2.180 orang dalam bulan bhakti siswa inspektur polisi Setukpa Lemdiklat Polri Sukabumi untuk mereka berinisiatif membantu orang yang membutuhkan, tutur sang jenderal.
“Sesuai dengan nama angkatan mereka Rahesa Aditya dianra yang artinya perwira yang welas asih, bijaksana dan sebagai sinar dari organisasi,” tutup Mardiaz.
Slogan Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) yaitu "Melindungi, Mengayomi dan Melayani Masyarakat" bukanlah hanya tempelan penghias belaka, akan tetapi dapat diimplementasikan di tengah - tengah kehidupan masyarakat, kisah kehidupan Eman salut buat Polri, berbagi dengan sesama. (Sumber : Bidik Indonesia News).
0 Komentar