Paus Fransiskus. |
Tiga fondasi ini adalah ekumenisme, pluralisme, dan fasisme. Hal tersebut disampaikannya dalam dialog antar umat beragama yang diselenggarakan melalui zoom meeting, Selasa (23/7/2024).
"Ke tiga hal penting inilah yang terbangun di dalam Gereja Katolik. Tentunya ini menjadikan hal yang penting dalam menyebarkan misi kedamaian di dunia," ujarnya.
Dr Sumanto Al Qurtuby menilai, bahwa spirit yang dilakukan oleh Paus Fransiskus mampu menyatukan gereja yang sebelumnya terpecah belah menjadi pemersatu untuk gereja lain. Tidak hanya menciptakan regrenereasi persatuan tapi juga kedamaian antar umat beragama lainnya.
Klik: Jambi24jam.com&Sumatera24jam.com
Di Indonesia sendiri, ekumenisne belum sepenuhnya hadir dalam kalangan umat beragama. Hal ini tentunya ditandai dengan adanya kelompok agama yang memperjuangkan haknya tanpa memikirkan umat lain.
"Contoh kecilnya adalah gereja pendatang yang memperebutkan kekuasaan wilayah atas gereja lama. Seperti gereja evangelis dengan gereja kharismatik," ucapnya.
Lebih lanjut Dr Sumanto Al Qurtuby menjelaskan, dalam ranah Kekristenan spirit ekumenisme bukan hanya mendapatan kesatuan. Tapi bagaimana mereka menerima perbedaan persepsi, misalnya, bagaimana menyatukan adat dan agama menjadi satu bentuk kesatuan.
"Ada gereja yang pro terhadap adat, namun ada juga yang tidak mendukung. Tentunya ini menjadi problem di mana-mana," tutur Dr Sumanto Al Qurtuby.
Kehadiran kelompok non-ekumenisme kemudian menjadi sebuah pertanyaan besar bagi umat beragama Indonesia. Karena hal ini bertentangan dengan sifat Paus Fransiskus yang menanamkan nilai ekumenisme dalam kehidupannya, ungkapnya. (Sumber KBRN, MH/J24/S24/Fendi Sinabutar).
0 Komentar