Vatikan, MH - Menteri Agama Lukman Hakim
Saifuddin duduk lama diam termenung di Kapel Sistina yang terletak di
dalam lingkungan Istana Kepausan, Vatikan. Sambil mendengar penjelasan,
Lukman Hakim Saifuddin tidak berhenti melihat ke atas langit-langit
kapel tersebut.
Lukisan-lukisan di langit-langit kapel Sistina itu berkisah tentang
penciptaan hingga kisah Nabi Nuh dan juga pengadilan terakhir. Kapel ini
terkenal karena arsitekturnya yang tampak melahirkan kembali Bait
Salomo dari era Perjanjian Lama dan seluru dekorasinya dihias oleh
seniman-seniman besar era Renaissance, seperti Michelangelo, Raphael,
dan Sandro Botticelli.
Perhatian Lukman Hakim semakin serius ketika menyadari bahwa Kapel
Sistina (Sistine), yang dinamai oleh Paus Sixtus IV, merupakan tempat
sakral di mana konklaf diadakan. Konklaf adalah tata cara yang telah
mentradisi ribuan tahun untuk memilih Paus baru sebagai pimpinan
tertinggi gereja Katolik sedunia.
Ketika konklaf diadakan, mata dunia senantiasa tertuju pada cerobong
yang terletak di atas kapel ini sebagai penanda proses pemilihan Sri
Paus. Jika asap hitam keluar dari cerobong tersebut, itu pertanda belum
ada Paus yang terpilih.
Namun, jika Paus baru terpilih, cerobong akan
mengeluarkan asap putih. Yang menarik, ketika konklaf diadakan, para
kardinal yang berhak memilih dan dipilih sebagai Paus akan memutuskan
hubungan dengan dunia luar.
Demikian secuil kisah Markus Solo Kewuta SVD, dari Dewan Kepausan
untuk Hubungan Antaragama Vatikan, yang diterima Beritasatu.com, Sabtu
(5/10/2019). Markus Solo mendampingi Lukman Hakim berkeliling museum
Vatikan yang berakhir di Kapel Sistina, Kamis (3/10/2019).
Kunjungan ke Museum Vatikan dan Kapel Sistina, ujar Markus Solo,
dilakukan setelah Lukman Hakim mengadakan pertemuan selama satu sengan
jam dengan Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog Antarumat Beragama,
Uskup Miguel Ayuso dan dihadiri oleh Dubes Indonesia untuk Vatikan, Agus
Sriyono dan Markus Solo. Uskup Miguel Ayuso akan menerima tahbisan
(pelantikan) sebagai Kardinal bersama-sama dengan Uskup Agung Jakarta
Mgr Ignatius Suharyo.
Kehadiran Lukman Hakim di Vatikan adalah sebagai tamu kehormatan
untuk menyaksikan pentahbisan Uskup Agung Jakarta, Mgr Ignatius Suharyo
sebagai Kardinal, yang berlangsung hari ini, Sabtu (5/10/2019).
Dalam perjalanan baik Pastor Markus Solo dan Menag Lukman Hakim
terlibat pembicaran hangat tentang dialog harus menjadi pilar utama
perwujudan perdamaian dan hubungan yang harmonis antar umat beragama.
Keduanya sepakat untuk memajukan berbagai upaya umat beragama untuk
saling menerima perbedaan, saling mengenal, bekerja sama untuk hal-hal
yang baik, dan berujung pada kesejahateraan bersama.
“Kami berdua sepandangan bahwa kita harus memajukan pendidikan yang
berkarakter inklusif, tidak hanya mengenal agama sendiri.
Artinya, para
siswa terbuka untuk mengenal agama-agama lain secara objektif di dalam
pengajaran di sekolah-sekolah. Hal ini berkaitan dengan perubahan
kurikulum nasional, baik untuk sekolah swasta atau negeri, yang
berorientasi pada penerimaan dan pengakuan perbedaan agama.
Sebagai
tindak lanjut dari itu adalah bagaimana harus mencari upaya-upaya
positif untuk menghadapi serta menghidupi dinamika perbedaan,” ujar
Markus Solo.
Markus Solo dan Menag Lukman Hakim memiliki pandangan yang sama dan
bahkan sama-sama meyakini bahwa pendidikan yang berujung pada perdamaian
harus melalui proses yang tidak didukung oleh sebuah sistem pengajaran
indoktrinatif.
Pengajaran indoktrinatif hanya membatasi ruang pemikiran kreatif dan
indipenden dari anak-anak didik untuk berpikir secara bebas, kritis, dan
distinktif. Masa depan yang lebih damai dan rukun harus dicapai melalui
perbaikan sistem pendidikan generasi muda saat ini.
Sumber : Suara Pembaruan
0 Komentar