JAKARTA, MH - Dibutuhkan politik identitas sebagai keunggulan
untuk membangun bangsa dan negara Indonesia, bukan menghancurkan maupun
memecah belah. Hal itu mencuat dalam diskusi perumusan Garis Besar
Haluan Partai (GBHP) NasDem yang diadakan di Auditorium DPP Partai
NasDem Jakarta, Kamis (10/10).
Hadir dalam FDG tersebut para
narasumber yakni pemikir kebangsaan Yudi Latief, Rektor Universitas
Islam Internasional Indonesia (UIII) Komaruddin Hidayat, dosen UI
Kusnanto Anggoro dan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Pdt Willem TP Simarmata. Diskusi dibuka Koordinator GBHP NasDem Martin Manurung
yang juga anggota Fraksi NasDem DPR RI.
Menurut Kusnanto
Anggoro politik identitas tidak akan pernah bisa dihilangkan. Maka yang
terpenting adalah mengatur dan mengarahkan politik identitas ke arah
yang positif.
"Sebenarnya ada pikiran cerdas dari Partai NasDem mulai merumuskan hal-hal itu. Politik identitas sebenarnya baik saja bila diterapkan dengan baik tanpa kekerasan karena mampu memajukan keberagaman identitas Indonesia. Itu sebagai kelebihan bangsa ini," kata Dosen FISIP UI dan Universitas Pertahanan tersebut.
Sementara
itu cendekiawan dan pemikir Yudi Latief mengatakan isu politik
identitas tidak hanya dilihat dari perspektif masyarakat, tetapi juga
harus dipandang dari sisi negara. Isu politik identitas menguat ketika
kapasitas negara lemah.
‘’Negara harus kuat dalam memenuhi kebutuhan materil dan spirituil masyarakat. Kalau peran negara lemah maka politik identitas akan menguat. Faktor yang mempengaruhi politik identitas adalah state capacity yang bermasalah. Kalau state capacity bermasalah maka partai politik bermasalah. Kalau partai politik bermasalah maka ada sistem dan gagasan yang salah ," tegas Yudi Latif.
Guru
Besar Komaruddin Hidayat mengatakan, partai politik sebenanya menjadi
kunci dalam memperbaiki kehidupan bernegara. Alasannya, partai politik
memiliki legalitas dan akses kepada negara. Dengan demikian, sangat
penting partai politik memiliki gagasan yang baik, akurat dan jelas.
Pemuka
agama Pdt Willem TP Simarmata mengajak masyarakat di segala tingkatan untuk
menjaga toleransi. Hal tersebut harus dimulai dari para pemuka agama
yang menjadi penguat toleransi agar identitas sebagai bangsa semakin
kokoh.
"Seharusnya identitas dibangun untuk melawan pengaruh dari luar negara, bukan malah memecah belah di dalam. Inilah yang terjadi di Indonesia, memecah belah di dalam, sampai kita lupa telah dimasuki kepentingan asing," kata Pdt Willem TP Simarmata.
Wakil
Ketua DPR dari Fraksi NasDem, Rachmad Gobel menegaskan Partai NasDem
sudah mencoba melakukan perubahan melalui restorasi. Politik tanpa mahar
menjadi langkah awal dalam membangun kondisi politik yang lebih baik.
"Politik tanpa mahar NasDem sudah sebagai langkah awal. Partai politik memiliki kewajiban membangun bangsa dan negara, karena memiliki kewenangan," kata Gobel.
Sejumlah anggota DPR dari Fraksi NasDem serta
fungsionaris Partai NasDem menghadiri diskusi tersebut. Di antaranya
adalah Syarif Abdullah Alkadrie, Ratih Megasari Singkarru, Charles
Meikyansah, Nurhadi, Rico Sia, Lisda Hendrajoni, Sulaeman Hamzah, Taufik
Basari, Farhan, Gus Choi, Yasin Limpo, Sondang Tampubolon. (*).
0 Komentar