Berita Terkini

10/recent/ticker-posts

Ibu Dewy Manik: Mana Suami Saya Pak..


Ibu Dewy Manik: Mana Suami Saya Pak..IST
Jakarta, MH-"Pak.. Sudah dapat suami saya Pak.. Mana dia Pak", ucap seorang perempuan histeris dengan suara terisak.

Sontak suasana Posko Krisis Center Halim Perdana Kesuma mendadak hening. Semua mata fokus pada perempuan yang memakai baju jaket motif garis biru itu. Jam menunjukkan Pukul 20.30 Wib.

Saya mendekati perempuan yang terus menangis di depan meja petugas posko. Petugas posko menjelaskan kabar terkini. Tapi perempuan itu terus mengulang kata-katanya.

"Selamatnya suami saya Bu... Sudah ada kabarnya suami saya", ucapnya sambil terisak. Kerabatnya dari Bogor Ibu Sinaga terus mengusap wajah perempuan itu. Kerabatnya yang seorang laki-laki berumur mengusap kepala perempuan itu.

"Apakah beliau keluarga Rudi Roni Lumbantoruan? ", tanya saya pada kerabatnya.

"Iya benar Pak", jawab Ibu Sinaga.

Saya menjabat tangan perempuan yang menangis itu. Saya menyampaikan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya.

Seorang teman fesbuk Revandes Togatorop mengabarkan temannya Rudi Roni menjadi korban pesawat naas itu. Revandes meminta saya mencari tahu keberadaan Rudi Roni di Posko Halim.

"Pak bagaimana nasib suami saya. Saya dengar di berita sudah ada yang ditemukan", tanya Ibu Dewy Manik pada saya dengan mata terus menangis.
Dewy Manik dan Keluarga.
Saya menjelaskan informasi terkini dari petugas krisis center Pak Eko yang terus mengupdate kabar terkini. Memang ada enam kantung jenazah yang dievakuasi. Tapi belum didapat kabar identifikasi jenazah penumpang. Semua jenazah akan didentifikasi di RS Polri Kramat Jati.

"Seharusnya suami saya sampai di Pangkal Pinang hari Minggu. Bukan naik pesawat senin", ujar Bu Manik sambil menyeka air matanya.

Suaminya Rudi Roni Lumbantoruan baru saja selesai cuti dari perusahaan perkebunan di Bangka Belitung. Dari Sibolga Tapanuli Tengah Sumut seharusnya berangkat hari Minggu pukul 11 siang menuju Kuala Namu Medan. Tapi pesawatnya delay hingga pukul 3 sore. Sampai di Medan sudah sore.

"Biasanya dia dari Medan via Batam menuju Pangkal Pinang. Tapi entah kenapa via Jakarta kemarin", sesal Bu Manik sesunggukan.

Dari Medan Rudi Roni tidak bisa mengejar pesawat ke Pangkal Pinang. Ia harus ke Jakarta. Esoknya, Senin pagi Rudi Roni berangkat pesawat pukul 06.20 Wib dengan pesawat Lion Air JT 610 tujuan Pangkal Pinang.

"Mana pak suami saya. Dia bawa laptop. Sudah ketemu laptop suami saya. Di TV ada ku lihat barang-barang ditemukan", ucap Bu Manik sambil terus menangis.

Matanya sembab. Sejak pagi dari Sibolga Ia terus berdoa dengan isak tangis. Berharap keajaiban.

"Pukul 4 pagi saya bangunkan suami saya Pak. Saya bangunkan biar dia tidak terlambat bangun. Pukul setengah enam sebelum take off masih Vcall kami Pak. Ternyata itulah perjumpaan saya yang terakhir dengannya", ucap Bu Manik terisak.

Saya mencoba menghibur sebisanya. Saya sampaikan bahwa belum dipastikan semua korban meninggal. Masih dalam pencarian Basarnas. Posisi pesawat sudah ditemukan.

"Ibu bersabar ya. Berdoa semoga ada keajaiban Bu", ujar saya sambil meminta kerabatnya memberi minuman teh manis.

Adik kandung Rudi Roni Edi Hendra ikut menemani Ibu Manik.

"Anak saya tidak akan pernah jumpa lagi bapaknya Pak", isak Bu Manik.

Rudi Roni dan Ibu Manik memiliki dua anak yang masih kecil. Si sulung perempuan masih kelas IV SD. Si bungsu cowo masih kelas I SD. Keduanya kini sementara dijaga kakek neneknya di Sibolga.

Saya menawarkan agar Ibu Manik diajak ke Hotel Ibis Cawang untuk istirahat. Keluarga korban disediakan Lion Air menginap di Ibis Cawang.

"Pak dibawa saja Ibu Manik di Ibis. Disana juga ada posko update informasi. Beliau perlu istirahat. Masih panjang upaya pencarian. ", pinta saya pada kerabatnya.

Jam sudah hampir menunjukkan pukul 22.15 Wib. Keluarga Ibu Manik setuju meninggalkan Posko Halim. Mini Van yang mengantar mereka stand by di depan tenda posko. Ibu Manik dipapah oleh kerabatnya Ibu Sinaga. Ia lunglai tidak bisa berjalan. Tenaganya sepertinya habis. Kehilangan suami ayah dua anaknya membuatnya sangat terpukul.

Saya mengantar keluarga yang sedang berduka ini masuk ke dalam mini van. Ada 7 orang mereka masuk dalam van untuk menginap di Hotel Ibis Cawang.

Saya tahu bagaimana rasanya kehilangan orang yang kita cintai. Dada serasa kosong. Tercabut rasanya separuh jiwa kita. Apalagi ini hilang dalam kecelakaan yang tidak bisa diprediksi nasib orang yang dicintai. Apakah jenazahnya bisa ditemukan atau tidak.

Esok pagi perasaan bergumul dalam doa permohonan kepada Tuhan agar sang suami selamat akan terus dipanjatkan. Kita tidak tahu bakal apa yang terjadi menit demi menit pencarian para penumpang.

Yang bisa kita lakukan adalah ikut bersimpati dan menguatkan keluarga korban yang sedang berduka cita. Semoga Tuhan menolong dan melindungi semua penumpang JT 610.

Doa simpati saya untuk Keluarga Ibu Manik. Salam perjuangan penuh cinta. (Penulis Birgaldo Sinaga)

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar