Kisah Teman Setiaku Si Bruno |
MH-Kemarin saya bersedih. Sedih mendengar kabar seekor anjing kecil milik SM perempuan yang membawanya ke dalam mesjid akhirnya mati. Katanya mati tertabrak motor. Si puppy ini kebingungan ketika tuannya SM marah2, loss control di dalam mesjid di bilangan Sentul Bogor. Si puppy lari entah kemana. Lalu ditemukan dua hari kemudian sudah menjadi mayat.
Banyak orang tidak tahu anjing peliharaan sejatinya adalah sahabat sejati bagi pemeliharanya. Bahkan sebagian menjadikannya bagian dari keluarga. Makanan diperhatikan. Kesehatannya diperhatikan. Kuku, gigi, bulu, telinga semuanya dirawat dengan cermat.
Bagi pemilik anjing, anjing menjadi teman yang dapat diandalkan. Setia. Penghibur. Penjaga rumah dan anggota keluarga. Anjing di Eropa dan Amerika juga dilatih menjadi penjaga tuna netra.
Bagi pencinta anjing, anjing adalah hewan yang dianggap keluarga. Dianggap sahabat. Ada hubungan perasaan dan emosi antara anjing dengan tuannya. Hubungan itu kadang gila. Di Belanda malah lebih aneh lagi ceritanya. Orang lebih senang hidup serumah dengan anjing daripada cari pasangan.
Kecerdasan anjing memberi manfaat banyak untuk kemanusiaan. Saat bencana gempa, anjing menjadi pasukan penyelamat yang sangat cekatan mencari korban bencana. Demikian juga bisa dipakai mengendus barang haram narkoba.
Pada 2006, saya punya anjing kecil gempal. Saya beri nama Bruno. Anjing ini bertubuh pendek tapi padat gempal. Ia paling suka berlari. Jika di bawa ke lapangan, Bruno akan berlari kencang dengan bokongnya melenggak lenggok nampak lucu. Bruno selalu semangat dan ceria. Jika sudah diajak bermain, matanya berbinar2 sambil mengibaskan ekornya.
Suatu hari, Bruno bermain keluar rumah. Baru dua menit, Bruno kembali. Jalannya sempoyongan. Tertatih tatih. Lalu lunglai. Ia berusaha terus sampai ke rumah. Sekuatnya berjalan. Diseret kakinya.
Saya terkejut melihat ada busa dimulutnya. Bruno diracun. Saya panik. Tak tahu mau berbuat apa. Bruno hanya memandang mata saya. Suranya melenguh pelan. Saya menggendongnya. Mencoba memberinya susu. Agar racun itu dimuntahkannya kembali.
Tapi racun itu sudah menyebar begitu cepat. Bruno lemas. Ia tak mau meminum susu. Saya coba masukkan. Bruno menolak. Ia hanya memandang mata saya. Dengan nafas semakin melemah. Ia mengelendot di pangkuan saya. Meminta agar dielus. Meminta dielus kepalanya. Saya mengelusnya. Mengelus sambil meminta agar Bruno bertahan. Bruno mengerti. Ia goyangkan kepalanya dengan gerakan pelan.
Bruno tak mau ditinggalkan. Ia terus mengelendot. Ia ingin mati dipangkuan saya. Waktu memburu. Tak ada waktu. Hitungan 15 menit saja Bruno bertahan. Tubuhnya semakin melemah. Ia terus memandangi mata saya. Tak berkedip. Saya peluk Bruno. Saya kecup keningnya. Saya menangis.
Bruno telah mati. Mati dipelukan saya. Mati dipangkuan saya. Bruno mati karena diracun manusia yang merasa suci. Merasa bersih tak bernoda. Bruno tak punya salah. Bruno tak pernah menyakiti orang. Bruno hanya ingin bermain. Seperti makhluk hidup lainnya yang diciptakan Allah Sang Maha Pencipta.
Kangen Bruno...
Salam perjuangan penuh cinta
Birgaldo Sinaga
0 Komentar