Berita Terkini

10/recent/ticker-posts

HKBP Desak Pemerintah Pusat Dan Daerah Selamatkan Hutan Kawasan Danau Toba

Suasana banjir banjir.

Jambi, MH - HURIA Kristen Batak Protestan (HKBP) mendesak Pemerintah Pusat dan Daerah, swasta serta masyarakat agar segera membuat langkah konkret untuk menyelamatkan lingkungan hidup dan hutan di kawasan Danau Toba.

Ephorus HKBP Periode tahun 2020 - 2024 Pdt Dr Robinson Butarbutar, MA  mengatakan bahwa banjir bandang yang terjadi Kamis (13/5) sore sekitar pukul 17.00 WIB, di Parapat Kabupaten Simalungun Provinsi  Sumatera Utara merupakan dampak dari penurunan kualitas lingkungan dan hutan di sekitar Danau Toba. 


"Banjir bandang serupa sudah terjadi beberapa kali. Seperti pada Desember 2018, Februari 2019 dan  Juli 2020, yang mengakibatkan kerugian material di pihak masyarakat. Termasuk terganggunya arus lalu lintas di daerah tersebut," kata Pdt Dr Robinson Butarbutar, MA dalam keterangan tertulisnya, Jumat (14/5/2021).


Pdt kelahiran Bah Jambi Kabupaten Simalungun ini  mengungkapkan bahwa berdasarkan investigasi Komite Gereja dan Masyarakat (KGM) HKBP dengan mitranya atas rentetan peristiwa tersebut, bahwa banjir  bandang tersebut memiliki kaitan yang erat dengan aktivitas penebangan hutan di Sitahoan dan kawasan hutan Sibatuloting.

 

Selanjutnya alumni STT HKBP Pematangsiantar ini menyatakan baik untuk kepentingan Hutan Tanaman Industri (penanaman eukaliptus), pemanfaatan kayu dan hasil hutan oleh para pengusaha lokal, ditambah oleh aktivitas pertanian masyarakat dalam skala yang jauh lebih kecil. 


"Di Sualan sampai Tanjung Dolok, Parapat, terdapat sejumlah aliran sungai yang sumber airnya berasal dari Sitahoan dan Kawasan Hutan Sibatuloting. Kini, bila hujan deras terjadi, sungai - sungai kecil ini akan meluap dan membawa material lumpur dan bebatuan yang sangat mengancam, seperti yang sudah terjadi berulang kali,'' ungkap Master of Arts Bidang Seni Penafsiran Alkitab (Hermeneutics) London Bible College Inggris.  


''Jika degradasi hutan terus berlangsung, banjir bandang di kawasan ini akan semakin sering terjadi. Sebagai danau vulkanik, secara umum struktur tanah di sekitar Danau Toba adalah tanah berpasir dan bebatuan dan topografinya berbukit - bukit. 


Fakta tersebut mengingatkan semua pihak akan besarnya potensi bencana serta terpanggil untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup dan hutan," ujar Doktor Teologi dari SEAGST di Trinity Theological College Singapura.

Oleh karenanya HKBP mendesak agar pemeliharaan lingkungan hidup dan hutan merupakan faktor penting keberhasilan dan keberlanjutan pembangunan infrastruktur dan aneka fasilitas umum yang dibangun pemerintah pusat akhir - akhir ini di sekitar Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional dengan harapan  membawa perbaikan kesejahteraan bagi rakyat, kata mantan Kepala Biro Oikumene HKBP.


"Pemerintah pusat dan daerah perlu mengkaji kebijakan yang lebih spesifik untuk menghentikan laju deforestasi, memberi sanksi tegas sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku kepada setiap pihak yang merusak alam, serta mengembalikan fungsi hutan di sekitar Danau Toba sebagai hutan alam untuk menyangga kelestarian dan keindahan Danau Toba, flora dan fauna, serta kesejahteraan masyarakat," tegas mantan dosen di UEM Fakultas Teologi Universitas Silliman di Philippina. 


Suami Srimiaty Rayani Simatupang, SSi, M.Hum mengungkapkan bahwa HKBP berkomitmen untuk menolong korban bencana alam. HKBP juga siap bekerjasama dengan Pemerintah Pusat dan Daerah untuk menjadi mitra menjaga lingkungan hidup dan hutan. "HKBP mendorong dan mengapresiasi program reboisasi yang ramah lingkungan, terencana, dan konsisten. 


Kiranya Tuhan menguatkan kita untuk selalu menjaga kelestarian alam yang Dia ciptakan," ajak Ketua Rapat Pendeta HKBP  periode tahun 2017 - 2021. Pdt yang lama bermukim di Luar Negeri ini  menjelaskan sesuai dengan Konfessi HKBP 1996 Pasal 5 tentang Kebudayaan dan Lingkungan, HKBP mempercayai bahwa Allah menciptakan manusia dengan tempat tinggalnya dan tempatnya bekerja di dunia ini. 


"Allah memberikan kuasa kepada manusia untuk memelihara dunia ini dengan tanggung jawab penuh (Kej. 2: 5-15). Kita menyaksikan tanggung jawab manusia untuk melestarikan semua ciptaan Allah (Mzm. 8: 4-10); menentang setiap kegiatan yang merusak lingkungan, seperti membakar dan menebang pohon di hutan atau hutan belantara (Ul. 5:15, 21; Ul. 19-20). 


Menjaga kelestarian lingkungan hidup dan hutan yang berkesinambungan adalah panggilan kita sebagai warga gereja," tandas pendeta yang bermotto "Serep Marhobas" (Melayani Dengan Kerendahan Hati).  (Berbagai Sumber, MH - Fendi Sinabutar).

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar