Saat Masyarakat Adat Tano Batak Demo membawa dan memainkan Musik Tradisional Batak Gondang Sabangunan dan lengkap memakai ulos di depan Kantor KLHK Jakarta. |
Walaupun di tengah hujan deras, masyarakat Adat Tano Batak tetap bertahan untuk menuntut Menteri LHK Siti Nurbaya turun untuk menemui mereka dan menindaklanjuti konsesi PT Toba Pulp Lestari yang disebut telah merusak alam Toba.
Sebanyak
40 orang perwakilan masyarakat adat dari Tano Batak yang tergabung dalam
Aliansi Gerakan Rakyat (Gerak) Tutup PT TPL dari jaringan organisasi petani,
buruh, lingkungan dan mahasiswa meminta Menteri LHK menemui mereka
di depan kantor KLHK.
Namun
hingga menjelang akhir unjuk rasa Menteri LHK tidak jua menemui masyarakat adat
dari Tano Batak.
Ketua
aksi mengatakan bahwa dirinya mengetahui Menteri LHK ada di kantor KLHK dan
meminta untuk menemui mereka.
Masyarakat
adat dari Tano Batak menuntut Presiden Jokowi dan Menteri LHK Siti Nurbaya
Bakar untuk segera mengembalikan wilayah adat, mencabut izin dan menutup PT.
Toba Pulp Lestari (TPL).
Investasi
yang dilakukan PT Toba Pulp Lestari (TPL) di 12 Kabupaten di Sumatera Utara,
menurut mereka telah melahirkan berbagai praktek perusakan lingkungan.
Termasuk
perampasan tanah dan ruang hidup Masyarakat Adat Tano Batak, bahkan tindak
kekerasan terhadap masyarakat.
Seorang sumber mengatakan intimidasi yang berlangsung selama 3 dekade lebih tersebut juga melahirkan berbagai intimidasi dan teror terhadap masyarakat.
Selanjutnya Masyarakat Adat Tano Batak menuding pemerintah lebih berpihak kepada perusahaan ketimbang masyarakat kecil seperti mereka.
Sebab laporan perusahaan lebih cepat ditindaklanjuti ketimbang laporan masyarakat yang merasa sumber mata air mereka telah dicemari oleh PT Toba Pulp Lestari tersebut.
Acara dibuka sebelumnya dengan ritual yang dipimpin Mangihuttua Ambarita Ketua Adat Sihaporas Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. Ritual masyarakat Adat Batak adalah memuji dan memuliakan Tuhan Yang Maha Esa pencipta alam semesta.
Ia berharap dengan dilakukannya ritual tersebut di KLHK, Tuhan menbgetuk hati nurani pemimpin negara ini untuk menindaklanjuti protes masyarakat Adat Tano Batak.
Dituturkannya "Tujuan ritual ini adalah supaya tanah kami dilepaskan oleh Negara melalui ketukan hati nurani dari pada Tuhan. Dilanjutkannya supaya Tuhan mengetuk hati nurani pemimpin Negara ini, ungkapnya. (Berbagai Sumber, MH - Fendi Sinabutar).
0 Komentar