Berita Terkini

10/recent/ticker-posts

Terorisme Musuh Bersama

DOK JAMPOS
MHO-LAWAN TERORISME. HARUS. JANGAN TAKUT!!. Ada kalanya sikap apatis dan egoisnya bertetangga dan bermasyarakat menjadi salah satu penyebab tumbuh kembangnya pelaku-pelaku teror di Tanah Air Indonesia saat ini. Sikap masa bodoh bertetanga juga satu alasan mengapa mudahnya pelaku-pelaku teror menyusun kekuatan dalam rangka menjalankan aksinya.


Model bermasyarakat dan bertetangga kini hanya sekadar kasat mata. Tak ada lagi tegur sapa. Tak ada lagi cengkrama. Kita kerap kali hanya bertatap mata jarak jauh tanpa ada niat untuk bersilaturahmi dengan tetangga.

Lihat saja apa yang dialami Ketua DPRD Surabaya Armuji mengaku terkejut saat petugas kepolisian meminta rekaman kamera pengintai (CCTV) di rumah makan miliknya pada Minggu (13/5/2018) malam.

Armuji, yang memiliki Rumah Makan Bebek Alas Daun di Wonorejo Asri, Kecamatan Rungkut, Kota Surabaya, sempat menanyakan kepada petugas kepolisian untuk apa rekaman CCTV tersebut.

Petugas pun memberi tahu bahwa rekaman CCTV tersebut untuk penyelidikan keluarga yang diduga pelaku peledakan bom bunuh diri di tiga gereja di Kota Surabaya yang menewaskan 13 orang dan melukai 43 orang pada Minggu (13/5/2018) pagi.

Tiga gereja tersebut adalah Gereja GKI Jalan Diponegoro Surabaya dan Gereja Pantekosta Jalan Arjuno Surabaya serta Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya Surabaya.

Rumah makan milik Armuji kebetulan letaknya tidak jauh dengan rumah milik keluarga terduga pelaku pengeboman tiga gereja yang berada di Wonorejo Asri Blok K/22A.

Satu keluarga tersebut adalah pasangan suami istri yakni Dita Oepriarto dan Puji Kuswanti serta empat anaknya yang terdiri dari dua laki-laki dan dua perempuan. Empat anak Dita masih bersekolah, satu masih di SMA, satu SMP, dan di SD.

Contoh lainnya, yakni kasus penyerangan teroris ke Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) di Jl Medan - Tanjung Morawa Minggu 25 Juni 2017 Pukul 03.00WIB lalu.

Rumah pelaku (SP) pembunuhan Aiptu Martua Sigalingging sudah terpampang bendera ISIS selama 7 tahun. Namun kepala lingkungan sekitar cuek saja bahkan mendiamkannya.
Bahkan ada tetangga baru yang baru pindahan, kerap masyarakat cuek dan bahkan tak peduli.

Kerap masyarakat hanya melihat dari luarnya saja. Misalnya hanya menilai tetangga itu baik dengan penampilan sampul luarnya saja. Namun pada kenyataannya mereka tengah menyusun kekuatan untuk aksi teror.

Ketua RT dan keamanan lingkungan bahkan sudah alpa dalam memberikan rasa aman terhadap lingkungannya dan warganya. Bahkan ada oknum-oknum Ketua RT dan keamanan lingkungan tak peduli dengan keberadaan warga disekitarnya. Setelah terjadi hal-hal yang merugikan dan menakutkan warga, baru sadar bahwa mereka punya tugas dan tanggungjawab ditengah masyarakat.

Kepada instansi yang terlibat dalam pemberantasan program radikalisme dan terorisnya sudah saatnya menyapa perangkat wilayah seperti RT dan keamanan lingkungan. Dialog tentang radikalisme dan terorisnya tak melulu dikalangan tokoh pemuda, LSM, tokoh agama, pejabat pemerintah saja, namun sudah saatnya menjangkau tingkat RT.

Budaya tegur sapa dan silaturahmi bertetangga yang sudah mulai luntur dari budaya masyarakat kita, memberi peluang bagi oknum-oknum yang dalam darahnya ada bibit-bibit sifat radikal dan aksi-aksi teror di tengah masyarakat.

Pemerintah daerah juga harus mengaktifkan kembali Pos Siskamling yang sedulunya menjadi garda terdepan dalam memberikan rasa aman warga dan lingkungan sekitar.

Berkaca dari penangkapan dua terduga teroris yang merupakan pasangan suami istrioleh Tim Densus 88 Mabes Polri di Patimura, Kampung Bugis RT 35, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi Senin 29 Mei 2017 lalu, menjadi tamparan bagi pemerintah daerah dan aparat kemanan kita.

Kota Jambi yang sebelumnya sudah tersebar sebagai kota aman di Sumatera, akhirnya tercoreng dengan aksi penangkapan dua terduga teroris tersebut. Pemberdayaan Ketua RT yang digembar-gemborkan pemerintah selama ini ternyata masih sebatas penerima dana hibah pemerintah.

Bayangkan saja, Ketua RT dan kepala keamanan lingkungan Kampung Bugis RT 35, Kecamatan Alam Barajo kecolongan selama dua bulan, karena tidak tahu kalau ada suami istri yang tinggal di lingkungannya dan terduga pelaku aksi teror. Maka dari itu, mari saling tegur sapa bertetangga.



Bayangkan saja, Ketua RT dan kepala keamanan lingkungan Kampung Bugis RT 35, Kecamatan Alam Barajo kecolongan selama dua bulan, karena tidak tahu kalau ada suami istri yang tinggal di lingkungannya dan terduga pelaku aksi teror. Maka dari itu, mari saling tegur sapa bertetangga.

Terorisme Musuh Bersama. Mari peduli sekitar kita. Boleh mencurigai, tapi jangan berlebihan. Menegur dengan ramah dan melakukan silaturahmi dengan sikap antipasi jadikan budaya sehari-hari. Buanglah Sikap "Elu_elu, Gue-Gue". #MuakDenganTerorisme. (Asenk Lee Saragih).
 

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar