Samuel F Silaen Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana). |
Pengamat politik yang
juga Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Studi Masyarakat dan Negara (Laksamana),
Samuel F. Silaen mengatakan, itulah kekuatan Jokowi.
"Mengkritik atau
mendemo Istana maka jangan menyerang Presiden Jokowi, tapi langsung kepada
sosok yang dituju, mungkin karena kinerja pembantunya tak responsif atau belum
memberikan manfaat bagi rakyat, tentu dengan data dan fakta-fakta
ketidakbecusan para pembantu Presiden Jokowi tersebut," ujar Samuel F.
Silaen kepada wartawan di Jakarta, Jumat (23/10).
Presiden Jokowi bukan
pribadi yang lemah ketika ditekan atau didemo. Semakin ditekan, Jokowi malah
makin keras, kokoh, teguh pada pendirian, dan juga bukan sosok pemimpin yang
gampang menyerah pada keadaan.
"Presiden Jokowi
tipe pemimpin yang karena pengalaman dan jam terbangnya yang mumpuni. Dia lahir
dari bawah, rakyat jelata bukan trah 'raja'. Dia menapaki anak tangga yang
terjal dan berduri, menuju singgasana Istana," beber Samuel F. Silaen.
Sosok Jokowi adalah
orang yang sudah kenyang dengan goncangan di dalam kepemimpinan. Dia memulai
karier dari bawah yakni Walikota, Gubernur hingga Presiden.Perjalanan karier
yang sangat jarang ditemui pada sosok pemimpin yang akan bertarung di
kontestasi Pemilihan Presiden 2024 nanti.
Kelebihan inilah yang
ada pada sosok pribadi Jokowi.Bila ada yang berniat mau menggulingkan Jokowi,
pasti tak akan berhasil. Sebab kesantunan politik Jokowi yang membuat
lawan-lawan politik sungkan berat.
Tampilan Jokowi penuh
simbolistik, buat sebagian orang jadi misteri, sosoknya sudah bukan pada
tataran pencitraan lagi, tapi sudah menjadi karakter pribadi sederhana dan
merakyat.
Bila yang lain masih baru 'mau' tapi buat Jokowi itu sudah jadi kebiasaan dirinya," imbuh Samuel F. Silaen.Yang paham bener karakter Jokowi tentu hanya orang yang sangat dekat dan punya ikatan emosial dengan dirinya sejak lama.
"Perkoncoan" Jokowi terhadap seseorang kawan lama itulah yang membuat Jokowi sangat percaya, bukan basa-basi apalagi luntur karena bisik-bisikan yang merasa dekat.
"Dalam situasi
saat ini, Jokowi punya banyak pilihan alternatif solusi yang lahir dari
konklusi alam bawah sadar, dan itu dikonsultasikan terlebih dahulu dengan orang
terdekatnya untuk mendalami dan mendapatkan konfirmasi serta masukan soal
pelaksanaannya," ungkap pemilik twitter #Sipahitlidah itu.
Presiden Jokowi bukan
hanya mendengar, tapi juga menginspirasi lalu lintas regulasi yang ada,
meskipun tak seluruhnya itu tersirat dari pernyataan yang disampaikan oleh
Menhan Prabowo Subianto.
Kepemimpinan Jokowi
bukan tipe ABS (Asal Bapak Senang), meskipun itu ada dan terjadi pada kebiasaan
pemimpin di berbagai cerita-cerita imperium dunia. Tidak ada manusia yang tak
senang disanjung atau dipuji, demikian juga sebaliknya.
Lanjut Samuel F.
Silaen, pengkritik Jokowi yang berdemo menyasar Istana akan selalu
diabaikannya. Lihat saja ketika orang-orang mendemo Istana, apa Presiden Jokowi
berdiam di sana, kan tidak.
Jokowi justru mencari
angin segar dengan melakukan kunjungan kerja kepelosok daerah. Itu lebih
bermanfaat buat Jokowi, ketimbang dia harus berada di dalam istana, saat ada
unjuk rasa.
Jokowi sangat yakin
ketika dia pergi kunker, bahwa orang yang dia percaya mampu menangani situasi
yang ada itu, tanpa ada keraguan pada diri Jokowi, pergi kunker.
Pengkritik dan pendemo
Istana, seperti kehabisan akal bagaimana cara untuk mendapatkan atensi dan
perhatian Jokowi. Buat yang tak paham karakter Jokowi itu sangat menyebalkan
dan bikin prustasi karena merasa diabaikan.
"Jokowi dihujat
dan dipuja itu bagian dari resiko pemimpin, yang tak dapat memuaskan semua
pihak. Dia berharap pemerintahan yang dia pimpin saat ini fokus bekerja keras
untuk rakyat Indonesia.
Itulah impian Jokowi
dengan memilih fokus membangun 'Indonesia sentris', dari pinggiran agar menjadi
kota layak usaha dan dan huni, agar orang desa tak lagi berbondong - bondong Urbanisasi ke Kota," demikian Samuel F. Silaen. (RMOL.ID).
0 Komentar