Berita Terkini

10/recent/ticker-posts

Sahabat Alm KH Abdurrahman Wahid (Gusdur) Pdt Dr SAE Nababan, LID Telah Tutup Usia

Pdt Dr SAE Nababan, LID.

Jambi, MH - Pdt Dr Soritua Albert Ernst (SAE) Nababan, LID adalah salah satu pendeta yang cukup kritis terhadap rezim Orde Baru Pemerintahan Soeharto kala itu, terkait persoalan Kemanusiaan, Hukum dan Keadilan. 

Perbedaan pandangan antara Pdt SAE Nababan dan Pemerintahan Soeharto tentang isu - isu kemanusiaan dan keadilan. Hal ini yang membuat Pdt SAE Nababan harus berhadap - hadapan  dengan penguasa, bahkan kerap menjadi target Orde Baru.

Pemerintahan Orde Baru tidak terima dengan kritisnya Pdt SAE Nababan atas isu - isu kemanusiaan dan keadilan. Hal itu membuat posisi Pdt SAE Nababan sebagai Ephorus HKBP saat itu berusaha dilengserkan.

Kepemimpinanya di gereja terbesar di Asia Tenggara yang beraliran Lutheran tersebut diintervensi Badan Koordinasi Bantuan Pemantapan Stabilitas Nasional (Bakorstanas). Lembaga ini dibentuk Presiden Soeharto pada tahun 1988 dan mengangkat Jenderal (Purn) TNI AD Try Sutrisno sebagai ketua.

Tugasnya adalah mengkoordinasi upaya departemen dan instansi lain untuk stabilitas Nasional dan menyelesaikan segala yang dianggap sebagai hambatan, gangguan dan tantangan pemerintahan.

Campur tangan Bakorstanas kala itu pada akhirnya menyebabkan kemelut bertahun - tahun di tubuh HKBP dan dualisme kepemimpinanpun terjadi di gereja tersebut antara Pro Pdt Dr SAE Nababan, LID dan Pro Pdt  Dr PWT Simanjuntak.

Atas kristis Pdt Dr SAE Nababan, LID terhadap isu kemanusiaan, hukum dan keadilan membuatnya dekat dengan  tokoh progresif pada masa itu KH Abdurrahman Wahid (Gusdur), Megawati Soekarnoputri dan Amien Rais.

Karena kedekatan tokoh tersebut membuatnya terlibat dalam memfasilitasi pertemuan yang mengkonsolidasikan kekuatan sosial - politik jelang reformasi. Disamping Pdt SAE Nababan adalah juga teolog yang terlibat dalam banyak gerakan Ekumenis Dunia.

Ide dan pemikirannya tentang bagaimana gereja harusnya bersikap di tengah masyarakat yang majemuk serta seimbang dalam menyuarakan keadilan dan perdamaian. Demikian pula peran dan usulan yang ia ajukan terkait pentingnya kesetaraan dan dialog yang terbuka antar umat beragama di Indonesia.

Menurut Alissa Wahid putri KH Abdurrahman Wahid (Gusdur) bahwa Pdt SAE Nababan ternyata cukup dekat dengan Gusdur dan menyebut bahwa Gusdur dan Pdt SAE Nababan aktif dalam gerakan lintas iman sejak tahun 1980 an.

Alissa Wahid juga menyatakan bahwa sosok Pdt SAE Nababan layak jadi panutan bagi anak muda Kristiani masa kini. "Kami sering melihat Pdt SAE Nababan dan Gusdur", ungkap Alissa Wahid. Hal itu dikatakan ketika dalam tayangan lauching buku "Selagi Masih Siang" catatan perjalanan Pdt Dr SAE Nababan, LID pada bulan Agustus 2020.

Dia menyebut melihat keduanya sebagai tokoh yang menjadi penggerak pertama dan utama gerakan lintas iman. "Saya katakan sebagai tokoh utama ya, itu tahun 1980 an, mereka sudah dekat puluhan tahun", ungkap Alissa Wahid.

Lebih lanjut dikatakan di masa - masa Orde Baru antara Gusdur dan Pdt SAE Nababan memiliki persoalan yang nyaris sama, yakni tekanan dari rezim Pemerintahan Orde Baru. "Orde Baru itu menginginkan  tunduk mutlak. Ditekan" ucap Alissa. 

Baik NU dan HKBP saat itu sama - sama merasakan tekanan. "Tapi NU dan HKBP yang paling kelihatan ya, konfliknya secara terbuka, ungkapnya. Gusdur saat itu ingin dilengserkan pemerintah dari kursi NU dengan cara mendukung calon lain. 

Dia menyebut Pdt SAE Nababan mengalami hal yang sama, yakni tekanan kuat dari pemerintah rezim Orde Baru. "Puncaknya di Sinode Godang ya, saya tahu itu menimbulkan dampak yang sama", ujarnya. Pdt SAE Nababan harus benar - benar berhadapan, karena jadi ada dua kepengurusan berbeda, tuturnya.

Selanjutnya dikatakan Alissa Wahid bahwa Pdt Dr SAE Nababan, LID merupakan pemimpin yang sosoknya tidak hanya berkharisma, tapi figur paripurna, sehingga bisa jadi teladan bagi generasi saat ini.

Pdt Dr SAE Nababan, LID tutup usia 88 tahun, meninggal pada hari Sabtu, 8 Mei 2021 di RS Medistra Jakarta. Lahir di Tarutung, 24 Mei 1933 Kabupaten Tapanuli Utara Provinsi Sumatera Utara. Pdt SAE Nababan meraih gelar doktor bidang terologi dari Universitas Heidelberg Jerman dalam usia 30 tahun.

Catatan perjalanan hidup Pdt Dr SAE Nababan, LID tertuang dalam buku yang berjudul "Selagi Masih Siang" yang diluncurkan pada bulan Agustus 2020 yang lalu. Di dalam buku tersebut terungkap bagaimana intervensi rezim Pemerintahan Orde Baru terhadap kepemimpinan Pdt Dr SAE Nababan, LID di HKBP.

Pdt Dr SAE Nababan, LID Ephorus HKBP periode tahun 1987 - 1998, sebelumnya Sekretaris Umum PGI periode tahun 1967 - 1984 dan Ketua Umum PGI periode tahun 1984 - 1987.

Nababan juga pernah menjabat sebagai Sekretaris Pemuda Dewan Gereja - gereja Asia (1963 - 1967), selanjutnya Presiden dari lembaga yang sama (1990 - 1995), Wakil Ketua dari Komite Sentral Dewan Gereja - gereja se Dunia (1983 - 1998).

Pdt Dr SAE Nababan, LID terpilih Ketua pertama dari Vereint Evangelische Mission (United Evangelical Mission) sebuah lembaga misi Internasional yang terdiri atas 34 gereja yang anggotanya tersebar di Afrika, Asia dan Jerman.

Selanjutnya dalam Sidang Raya ke 9 Dewan Gereja - gereja se Dunia di Porto Alegre Brasil pada tahun 2006 Pdt Dr SAE Nababan, LID terpilih menjadi salah seorang Presiden dari lembaga persekutuan Gereja - gereja se Dunia yang beranggotakan gereja - gereja Protestan dan Ortodoks.

Pdt Dr SAE Nababan, LID menikah dengan Alida Lientje Lumbantobing, M.Sc. Dari pernikahannya dikarunia 3 orang anak yaitu 2 laki - laki dan 1 orang perempuan. Putranya Hotasi Nababan adalah alumni ITB dan MIT serta pernah menjabat sebagai CEO Merpati Nusantara dan GE Indonesia.

Pdt Dr SAE Nababan, LID merupakan saudara kandung Asmara Nababan seorang tokoh HAM di Indonesia dan Panda Nababan seorang politisi PDI Perjuangan. Selamat jalan menghadap Bapa di Sorga Pdt Dr SAE Nababan, LID. (Berbagai Sumber, MH - Fendi Sinabutar).

Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar