Frans Sipayung poto bersama di Rumah Baca Pelita Bangsa Jl Pembangunan No: 348 Kelurahan Panei Tongah Kec Panei Kab Simalungun Prov Sumatera Utara.
Simalungun, MH - Pasca Pandemi
Covid- 19 yang membuat pendidikan harus dilakukan secara daring (dalam
jaringan), kualitas pendidikan dinilai menjadi menurun. Karena itu, Frans
Sipayung salah satu pemuda yang juga berprofesi sebagai guru honorer mendirikan
Rumah Baca Pelita Bangsa di Kelurahan Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten
Simalungun Provinsi Sumatera Utara.
Frans Sipayung saat bincang-bincang dengan SIB,
Minggu (10/9/2023) menceritakan bahwa awal berdirinya rumah baca ini akibat
Pandemi Covi- 19, dimana banyak anak-anak yang tidak bisa membaca karena
kebanyakan menggunakan gadget.
Seiring berjalannya waktu, muncul semangat
untuk turun ke desa-desa agar bisa belajar bersama anak-anak dengan membawa
buku bacaan menggunakan sepeda motor dan becak.Dalam kurun 3 tahun terakhir,
Frans Sipayung termotivasi untuk membangun rumah baca agar bisa belajar lebih
efektif secara bersama di satu tempat.
Namun karena keterbatasan biaya sendiri dan
kolektif koleganya, Frans terpaksa mengontrak salah satu rumah kosong di Jalan
Pembangunan Nomor 348 Kelurahan Panei Tongah Kecamatan Panei Kabupaten
Simalungun dengan biaya kontrakan sebesar Rp 3 juta per tahun.
Meski masih serba kekurangan, Frans mengaku
sangat senang, karena sekitat 40 sampai 50 orang anak-anak selalu datang ke
rumah baca untuk belajar bersama setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu mulai
pukul 13.00 WIB sampai 15.00 WIB.
Bahkan terkadang mereka membawa bekal untuk
makan siang bersama di rumah baca, tutur Frans.Selain itu, untuk menarik
perhatian dan minat belajar anak-anak, pihaknya juga kerap melakukan kegiatan
perlombaan di lingkungan Rumah Baca Pelita Bangsa.
Namun herannya yang ikut bisa sampai 100 sampai
150 orang anak-anak, ungkapnya.Frans juga mengaku ada saja kendala yang
dialaminya dalam mempertahankan eksistensi rumah baca ini. "Kadang ada aja
masyarakat yang belum siap menerima kehadiran Rumah Baca PELITA BANGSA, karena
spanduk dan planknya dirusak orang tak dikenal, keluhnya.
Kendati demikian, melalui Visi Misinya hadir di
tengah masyarakat melihat keprihatinan terhadap generasi muda, Frans Sipayung
membuka Rumah Baca Pelita Bangsa untuk keberlangsungan budaya literasi yang
semakin terkikis.
Adapun berbagai macam kegiatan edukatif yang
diajarkan Frans bersama relawan Rumah Baca Pelita Bangsa yakni belajar membaca,
menulis, mengeja, membuat karya (kerajinan, cerita pendek), membaca puisi
hingga berbagai games edukatif pun dikenalkan disini.
Tentunya, tanpa dipungut biaya apapun, alias
gratis."Siapa yang punya kemauan untuk belajar dan siapa yang ingin
mencoba bergerak berkontribusi memberi kebaikan bersama kami, Rumah Baca Pelita
Bangsa akan selalu membuka lebar peluang tersebut khususnya untuk lingkungan
sekitar," ujar Frans.
Oleh karena itu, dirinya berharap kedepan,
Rumah Baca Pelita Bangsa bisa selalu konsisten dan menjaga kepercayaan
masyarakat bukan hanya menjadi wadah untuk belajar, namun dapat memberikan
dampak yang positif di lingkungan masyarakat, harapnya.
Hal - hal seperti inilah yang perlu perhatian
dan perlu difasilitasi dari Pemerintah Daerah seorang pemuda yang kreatif
terinspirasi untuk mendididk anak - anak dengan mendirikan Ruma Baca Pelita
Bangsa tanpa memungut biaya alias gratis. (MH/J24/S24/Red/Fendi Sinabutar).
0 Komentar