Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan.(TRIBUNJATIM.com/SOFYAN ARIF CANDRA SAKTI) |
"Untuk apa buat seperti itu. Kalau kita beda pendapat dalam demokrasi bukan dengan cara kayak gitu. Kan kampungan cara begitu dan pasti ketahuan," kata Luhut, ditemui di kediamannya di Jakarta, Kamis (31/5/2019), dikutip Antara.
Luhut
menuturkan, saat bertugas sebagai tentara dia kerap mendengar ancaman nyata
yang disertai desing peluru.
Namun, ia mengaku heran jika hal serupa terjadi di Jakarta, terlebih di era demokrasi. Menurut Luhut, pikiran untuk membunuh karena perbedaan pendapat seperti itu seharusnya tidak terjadi di era demokrasi.
Namun, ia mengaku heran jika hal serupa terjadi di Jakarta, terlebih di era demokrasi. Menurut Luhut, pikiran untuk membunuh karena perbedaan pendapat seperti itu seharusnya tidak terjadi di era demokrasi.
"Kalau
di daerah seperti gini, di Jakarta, di era demokrasi gini, masih ada pikiran
seperti itu saya pikir kampungan itu," ujarnya lagi. Luhut menyesalkan
adanya ancaman pembunuhan di sela-sela aksi demonstrasi yang berakhir ricuh
itu.
Meski
diakuinya, ancaman semacam itu merupakan hal yang biasa ia terima saat berkarir
sebagai tentara. "Yang saya sayangkan sebenarnya kenapa sih mesti
ancam-ancam”.
Orang
saya kenal juga kok, memang gampang bunuh orang, ujarnya pula. Mantan Menko
Polhukam itu meyakini cepat atau lambat dalang utama kelompok penunggang gelap
aksi massa 22 Mei 2019 akan bisa terungkap.
"Hanya
soal waktu saja, jadi tidak bisa berkelit. Saya lihat ini Pak Tito 'very very
professional'," ujarnya lagi. Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian
sebelumnya mengungkapkan empat nama pejabat negara yang menjadi sasaran dalam
rencana pembunuhan oleh enam tersangka yang telah ditangkap.
"Ada Pak Wiranto, Menko Polhukam, Ada Pak Luhut, Menko Maritim. Lalu ada Pak Kepala BIN, dan juga ada Pak Gories Mere," ujar Tito.
"Ada Pak Wiranto, Menko Polhukam, Ada Pak Luhut, Menko Maritim. Lalu ada Pak Kepala BIN, dan juga ada Pak Gories Mere," ujar Tito.
Ia
mengatakan, informasi tersebut berasal dari Berita Acara Pemeriksaan (BAP). Ia
memastikan informasi tersebut bukan berasal dari informasi intelijen. (KOMPAS.com).
0 Komentar