Jakarta, MH - Presiden Joko Widodo atau Jokowi dianugerahi
The AFEO Distinguished Honorary Patron Award. Penghargaan ini diberikan
oleh Organisasi Insinyur dari 10 Negara ASEAN yang tergabung dalam ASEAN
Federation of Engineering Organisations (AFEO).
Chairman AFEO yang juga menjabat Ketua Umum
Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Heru Dewanto, mengatakan penghargaan itu
merupakan yang tertinggi AFEO yang diberikan kepada kepala negara.
Jokowi disebut telah memberikan jasa dan kontribusi luar biasa terhadap
profesi insinyur dan bidang keteknikan di negaranya.
Penghargaan ini, kata Heru, hanya diberikan kepada
1 orang penerima di setiap perhelatan Konferensi Organisasi Insinyur se-ASEAN
yang diselenggarakan setahun sekali. Penerima adalah tingkat Kepala Negara
dan/atau Kepala Pemerintahan sebuah negara seperti Raja, Presiden atau Perdana
Menteri.
Berkat disahkannya UU Keinsinyuran, menurut Heru,
kini PII sebagai organisasi profesi semakin kuat. Hal tersebut juga menjadi
kontribusi luar biasa terhadap para insinyur Tanah Air yang bekerja nyata di
balik setiap proyek infrastruktur.
"Dengan masifnya pembangunan di negeri ini
juga membuat kami yakin Presiden Jokowi sangat layak mendapatkan apresiasi
tertinggi ini,” kata Heru seperti dikutip dari siaran persnya, Senin, 9
September 2019.
PM Malaysia Tun Dr. Mahathir Mohamad adalah
penerima penghargaan yang sama di CAFEO36 yang digelar di Singapura tahun 2018
yang lalu.
CAFEO37, menurut Heru, lebih dari sekedar acara
seremoni tahunan. Konferensi kali ini juga menjadi etalase kebanggaan yang
menampilkan pencapaian pembangunan Indonesia kepada dunia internasional.
“Karya-karya terbaik insinyur Indonesia akan ditampilkan di CAFEO37,” kata
Heru.
Tahun 2019 menjadi tahun penting bagi insinyur
Indonesia. Selain menjadi tuan rumah CAFEO, tahun ini menjadi momentum PII
memulai langkah pertama menuju era transformasi keinsinyuran pasca disahkannya
UU Nomor 11 Tahun 2014 tentang keinsinyuran dan PP Nomor 25 Tahun 2019.
Tak hanya itu, PII juga telah mulai bekerja untuk
mencetak insinyur-insinyur baru tanah air. Heru menambahkan, profesi insinyur
kini tidak lagi menjadi monopoli mereka yang bergelar sarjana teknik.
Kini, lulusan D4 keteknikan pun bisa menyandang
gelar insinyur profesional, bahkan diakui di dunia
internasional. “Insinyur profesional Indonesia sudah disetarakan dengan
insinyur di ASEAN dan seluruh negara Asia Pasifik, ini juga berlaku bagi para
lulusan vokasi,” ujar Heru. (TEMPO.CO).
0 Komentar