Medan, MH - Bertempat di gedung Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan di Jakarta, Jumat (17/1/2020), anggota DPD RI
yang juga mantan Ephorus Gereja HKBP, Pdt Dr Willem TP Simarmata, MA memimpin
perayaan Natal umat Kristiani di institusi tersebut. Bersama Kardinal
dari Keuskupan Jakarta yang menyampaikan renungan Natal, dia berkhotbah.
Turut hadir Mendikbud, Nadiem Makarim dan jajarannya.
Bersumber
dari kitab Injil Johannes 15:14-15, perayaan Natal bertemakan "Hiduplah
sebagai sahabat bagi semua orang". Dengan sub tema "Melalui semangat
Natal kita wujudkan sumber daya manusia unggul dan berkarakter".
Dijelaskan Pdt Dr Willem TP Simarmata, MA dalam keterangan tertulisnya kepada Medanbisnisdaily.com, perayaan yang dihadiri sekitar 850 umat Kristen
Kemendikbud juga diisi dengan bakti sosial di panti asuhan. Paduan suara
anak-anak dari HKBP Kebun Jeruk turut memeriahkan.
WTP panggilan akrabnya dalam khotbahnya mengutip pemikiran Nelson Mandela yang
mengatakan, education is the most powerful weapon which you can use to
change the world. Pendidikan adalah kekuatan yang sangat dahsyat yang
dapat dipakai untuk mengubah dunia ini.
Dunia saat ini adalah dunia
digital yang sungguh cair. Inovasi sosial bergerak dengan sangat cepat,
online. Perubahan cepat tersebut sering mengejutkan. Tak terasa tetapi
perubahan tiba-tiba muncul dan berpengaruh besar.
"Dunia saat ini sedang memasuki smart device yang mendorong kita
semua untuk hidup dalam karya-karya kolaboratif dengan membangun
kebersamaan. Inilah pentingnya menjadi sahabat kepada semua orang tanpa
mempersoalkan latar belakang agama dan suku dan bahasa, ungkap WTP.
Terangnya, kita terpanggil menjadi sahabat para korban banjir, para
warga masyarakat pengungsi yang direlokasi di Tanah Karo yang
membutuhkan sekolah SD, SMP dan Puskesmas.
Kita dipanggil menjadi
sahabat anak-anak di desa yang harus menempuh jalan jauh dan sering
menyeberangi sungai berair deras menuju sekolah dan kembali ke rumah.
Kita pun dipanggil menjadi sahabat bagi anak-anak yang tak mampu
melanjutkan studynya karena persoalan biaya. Kita diminta menjadi
sahabat bagi para guru yang butuh sertifikasi.
Sekolah kita membutuhkan kurikulum baru untuk memampukan anak hadir
di tengah masyarakat dengan. Kurikulum yang menghasilkan generasi unggul
dan berkarakter menjawab tantangan yang ada di tengah masyarakat.
"Kita perlu melawan radikalisme dan intoleransi serta membangun
persahatan dengan semua orang. Menjadi sahabat adalah saling mengasihi
dan bahkan rela berkorban untuk sahabatnya seperti Yesus yang rela
berkorban memberi nyawanya untuk dunia," tegas WTP. (Medanbisnisdaily.com).
0 Komentar