MEDAN, MH - Forum Keberagaman Nusantara (FKN) diluncurkan di Sumatera Utara ditandai dengan pemutaran video tentang
beberagaman di tanah air yang dilanjutkan dengan penandatanganan nota
kesepakatan dan pemukulan gong oleh para tokoh lintas agama, suku dan budaya
dari Aceh hingga Papua, di Hotel Grand Aston City Hall di Medan, Sabtu
(11/5/2024).
Nota kesepakatan ditandatangani oleh
penggagas FKN H. Arif Rahmansyah Marbun bersama puluhan tokoh yang
tercatat sebagai pendiri, di antaranya tokoh keberagaman Sumut Buya
Syekh Ali Akbar Marbun, Tokoh Melayu Sultan Deli Tuanku Lamantjiji Perkasa,
tokoh Batak Toba RE Nainggolan, tokoh Sumut Dr
Rahmat Shah, Ketua Umum PB Pandawa H Ruslan dan Ketua Umum Pujakesuma Eko
Sofyanto.
Kemudian tokoh Karo Nabari Ginting,
tokoh Pesisir (MABSI) Zahri Piliang, tokoh Aceh Sepakat Mahyani Muhammad, tokoh
Konghucu (MATAKIN) Muslim Linggouw, tokoh Bugis Nasir Ibrahim, tokoh Aliansi
Sasak Lombok Mashul, tokoh Hindu Pasu Pathi, tokoh Budha Albert Masli, tokoh
Papua Ince Weya.
Tokoh agama dari FKUB Dr. Anshoruddin
L, tokoh Sunda Prof Dadan Ramdan, tokoh Minangkabau Kesultanan Inderapura
Sultan Rusdal Inayatsyah, Ketua Majelis Adat Kerajaan Keraton Senusantara Datuk
Sri Adil Freddy Haberham, tokoh Tionghoa dari PITI dr Fadhlani Putri, tokoh
Tionghoa dari KITA Rudy Wu, tokoh Maluku Stenly Mahury, dan tokoh Buddha
Brilian Mochtar.
Angkatan Muda Siliwangi Agus Mulyana, Dr.
Yohy, perwakilan Pemuda Batak Bersatu, Perwakilan Horas Bangsa Batak,
Perwakilan dari Paguyuban Suku Tionghoa Indonesia (PASTI) Goh Kiat Tie, tokoh
Maluku Tenggara (IKBMT) Pdt. Jhon Sedudun, Dr. Irfan Simatupang.
Perwakilan tokoh Nias Martinus Lase,
Ketua Pemuda Maluku Indonesia Bersatu Fitri Octavia Noya, Himpunan Masyarakat
Aceh Serantau Ir Muhamad, Ketua Harian DPP JBMI F. Alfansury Simanjuntak, Ketua
Pelaksana Aripay Tambunan serta sejumlah tokoh lain yang berasal dari
perwakilan 22 kabupaten dan kota di Sumatera Utara dan keluarga besar Jam'iyah
Batak Muslim Indonesia (JBMI).
Penggagas FKN H
Arif Rahmansyah Marbun mengatakan, ikhtiar untuk berikrar merajut keberagaman
itu pertama kali tercetus bertepatan dengan hari pertama pendaftaran Capres dan
Cawapres pada Pilpres 2024 yang lalu.
"Hingga hari ini Pilpres sudah
selesai dan kekuatan toleransi serta komitmen kita dalam menjaga harmonisasi
keberagaman yang kini terbukti berhasil dan berperan sangat penting menjaga
iklim kondusif politik hari ini dan insya Allah akan terus kita jaga ke
depannya," ujarnya.
Menurut Arif Rahmansyah Marbun yang
juga Ketua Umum Jam'iyah Batak Muslim Indonesia (JBMI), dasar pembentukan FKN adalah fakta bahwa Indonesia yang kaya akan
keberagaman suku dan budaya yang memerlukan perhatian khusus untuk menjaga
keberlangsungan dan harmoni antar kelompok.
"Keberagaman suku dan budaya
adalah aset yang harus dijaga, dipelihara dan dirawat bersama demi membangun
bangsa yang lebih kuat dan bersatu. Untuk itu diperlukan langkah kongkrit guna
mewujudkan kerja sama antar suku dan budaya dalam rangka memperkokoh persatuan
dan kesatuan bangsa," ungkapnya.
Keberadaan FKN, menurut Arif Rahmansyah, akan memperkuat persatuan dan
kesatuan bangsa melalui pemeliharaan dan peningkatan apresiasi terhadap
keberagaman suku dan budaya Nusantara, di samping juga akan menjadi jejaring
kerja sama antarsuku dan budaya untuk memajukan pembangunan nasional yang
berkelanjutan dan inklusif.
"FKN juga akan menjadi wadah
bagi pertukaran pengalaman, pengetahuan, dan ide antarsuku dan budaya guna
mendorong inovasi dan pengembangan potensi lokal. Wadah FKN ini akan kita kembangkan hingga ke level
nasional," ujar Arif yang juga Staf Khusus Wakil Presiden RI KH Ma'ruf
Amin sekaligus salah satu Ketua PBNU itu.
Sebelumnya, tokoh keberagaman Sumatera
Utara Buya Syekh Ali Akbar Marbun mengajak para tokoh agar menggaungkan
semangat dan konsensus kebangsaan yang telah digagas para pendiri bangsa.
"Ini anugerah yang perlu disyukuri
dengan saling menghormati dan menghargai sesama anak bangsa. Mari kita rayakan
perbedaan dengan memperkuat persaudaraan," ujarnya.
Syekh Ali Akbar Marbun bahkan
mengusulkan agar pertemuan serupa dijadikan layaknya perwiridan, tempat
berkumpul berbagai suku dan budaya. "Jadi jangan hanya sekali setahun,
tapi harus lebih sering semacam wiridan dan semua itu kita mulai dari Sumatera
Utara," katanya.
Sementara Sultan Deli Sultan Mahmud
Aria Lamantjiji Perkasa Shah Alam mengatakan Sumatera Utara merupakan miniatur
Indonesia yang harus dijaga keberagamannya.
"Kita memimpikan Sumatera Utara menjadi
negeri yang 'baldatun thayyibatun warabbun ghofur' yang tidak pernah terpecah
belah sampai kapan pun," katanya.
Sedangkan tokoh Sumatera Utara Dr
Rahmat Shah mengajak semua pihak untuk melepas semua embel-embel yang melekat
pada diri masing-masing dan bersatu membangun bangsa yang merupakan warisan
dari anak cucu.
"Akan sangat luar biasa kalau kita
bisa bersatu merajut kebersamaan, berbeda tapi hidup berdampingan dan
bersama-sama menjaga keberagaman," katanya.
Acara silaturahim keberagaman dan halal
bihalal tokoh lintas agama, suku dan budaya serta keluarga besar Jam'iyah Batak
Muslim Indonesia yang mengambil tema "Bersama Untuk Indonesia
Tangguh" itu ditutup dengan makan siang bersama. (Sumber SIB, MH/J24/S24/FS).
0 Komentar